Ilustrasi pemeriksaan sapi dari potensi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) |
Sebaran, Soppeng - Pengusaha sapi di Kabupaten Soppeng, mulai harap-harap cemas.
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang selama ini mereka kuatirkan, ternyata sudah mulai merebak.
Kasus pertama, ditemukan di Dusun Maddumpa, Desa Lalabata Riaja, Kecamatan Donri-Donri
Hal itu, merujuk hasil uji laboratorium dari Balai Besar Vetetiner (Bbvet) Maros dengan uji RT-PCR PMK, tertanggal 11 Agustus 2022
Sebelumnya, atau dua hari sebelumnya, Tim dari Dinas Peternakan, Kesehatan Hewan dan Perikanan (DPKHP) Soppeng melakukan respon cepat atas laporan masyarakat dengan melakukan investigasi awal di lokasi
Saat itu, DPKHP Soppeng mengobati satu ekor sapi karena memiiki ciri-ciri gejala PMK. Edukasi peternak juga dilakukannya
Keesokan hari, DPKHP Soppeng menurunkan Tim Terpadu dan Satgas PMK terdiri dari Bbvet Maros, DPKHP, BPBD, Polsek, Koramil, Kecamatan dan sesa setempat untuk pengambilan sampel pada delapan ekor sapi di lokasi.
Hasil Labnya pada 11 Agustus 2022, terdapat 4 ekor sapi dinyatakan positif terkena penyakit PMK. Masing-masing, satu ekor sapi milik peternak bernama Cunang dan sisanya, milik Sultan.
Ir. Erman Asnawi, M. Si selaku Kadis Peternakan, Kesehatan Hewan dan Perikanan Soppeng, menghimbau kepada masyarakat peternak untuk tidak panik
Penyakit ini hanya menyerang hewan yang berkuku belah terutama sapi dan tidak menulari manusia.
Menurutnya, untuk penyakit PMK itu bisa dicegah. Caranya, pisahkan ternak yang bergejala dan menghubungi petugas peternakan atau aparat setempat secepatnya
Apabila ditemukan sapi bergejala, kata dia, akan dilakukan vaksinasi, pengobatan, pemberian pakan yang cukup dan pemeliharaan kebersihan kandang.
Berdasarkan penelitian dan pengalaman pada daerah tertular sebelumnya, sebutnya, langkah taktis yang efektif adalah pemotongan pada sapi yang bergejala karena dagingnya masih aman untuk dikonsumsi sehingga dapat memotong mata rantai virus PMK.
Sebab, hewan yang sembuh bisa saja menjadi pembawa untuk menjangkiti sapi lainnya dan bisa terjadi re inveksi seperti terjadi di beberapa daerah. (*)