Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Parepare |
Angka inflasi di Kota Parepare yang mengalami penurunan dinilai berdampak positif bagi warga. Hal itu disampaikan Pengamat Ekonomi Universitas Muhammadiyah (UM) Parepare, Dr Yadi Arodhiskara.
"Turunnya angka inflasi di Kota Parepare tentu memberi efek positif bagi masyarakat," ungkap Yadi kepada awak media, Rabu 20 November 2024.
Dirinya memuji kinerja Pj Wali Kota Parepare Abdul Hayat Gani beserta jajaran yang mampu mengendalikan harga bahan pokok. Turunnya angka inflasi sangat membantu warga kelas menengah ke bawah.
"Tentu kita harus mengapresiasi kerja-kerja yang telah dilakukan bapak Pj Walikota beserta jajarannya. Karena dengan terkendalinya harga-harga khususnya bahan kebutuhan pokok (sembako) sangat membantu masyarakat kelas menengah ke bawah," puji Yadi.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UM Parepare memberi saran kepada Pemkot agar tetap menjaga laju Inflasi. Dirinya menyebut kenaikan harga bukan hanya karena soal distribusi, tapi terkadang diakibatkan kebijakan pemerintah.
"Tetapi momentun ini tetap harus dijaga dan diantisipasi oleh pemerintah daerah. Karena pergerakan harga tidak hanya dipengaruhi pola distribusi barang, tapi juga kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah pusat. Itu bisa berefek pada kenaikan harga barang," jelasnya.
Menyambut natal dan tahun baru ini, kata dia, Pemkot perlu menyiapkan langkah antisipasi terkait potensi kenaikan harga. Selanjutnya, Yadi juga menyebut kebijakan kenaikan PPN 12 persen tahun depan juga bisa menjadi pemicu inflasi.
"Apalagi jelang natal dan tahun baru dan kebijakan kenaikan PPN 12% tahun depan ini sudah cukup meresahkan. Karena mungkin saja banyak yang memanfaatkannya untuk menimbun pasokan barang hingga menimbulkan kelangkaan dan berdampak pada naiknya inflasi diakhir tahun," pungkas dia.
Sekadar diketahui, angka inflasi di Kota Parepare menunjukkan tren stabil dan terkendali. Badan Pusat Statistik (BPS) Parepare mencatat inflasi per Oktober 2024 menurun di angka 1,82 persen.
Angka tersebut lebih rendah dari inflasi bulan September yakni 2,21 persen. Inflasi Kota Parepare juga tidak lagi menjadi yang tertinggi se-Sulsel.
BPS mencatat angka inflasi tertinggi di Sulsel yakni Kabupaten Luwu Timur sebesar 2,18 persen. Sementara inflasi terendah terjadi di Bulukumba sebesar 1,3 persen. (*)